Review Buku : Di Tanah Lada
Deskripsi blog
NOVEL FIKSI
12/21/20252 min read


Informasi Dasar Buku
Judul : Di Tanah Lada
Penulis : Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie
Tahun Terbit : November 2025 (Cetakan Kesepuluh)
Jumlah Halaman : 289
Genre/Topik : Novel, Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Kekerasan Anak
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia
Pembuka
“Iya Papaku Jahat, sih. Aku sudah biasa.”
“Oh ya? Papaku juga jahat, kok. Mungkin semua papa memang jahat.”
“Iya juga. Tapi kamu nanti kan jadi Papa. Nanti kamu juga jahat, dong?”
“Kalau begitu aku nggak mau jadi Papa, ah. Aku nggak mau jadi jahat.”
Ringkasan Isi
Novel ini bercerita tentang persahabatan seorang anak perempuan berumur 6 tahun bernama Salva (yang kemudian sering disebut Ava dalam novel ini) dengan anak laki-laki berumur 10 tahun bernama P. Kedua anak ini dipertemukan secara tidak sengaja di sebuah warung makan. Karena memiliki latar belakang yang sama, menjadi korban kekerasan oleh Papa, dan ketiadaan orang yang melindungi mereka, kedua anak ini menjadi semakin akrab dan saling melindungi. Sebuah sifat alami manusia yang sama-sama menjadi korban.
Ditulis dengan gaya bercerita seorang anak kecil dalam melihat, merasakan dan merespon kekerasan yang mereka alami, sehingga terkadang terkesan naif dan absurd sekaligus terasa getir dan pahit. Cukup sering ditulis dalam novel ini bagaimana Ava mengenal beberapa istilah tanpa ada yang menjelaskan dan hanya bermodal kamus Bahasa Indonesia yang selalu dia bawa.
Saya baru sekali ini membaca novel kekerasan dalam rumah tangga yang diambil dari sudut pandang korban anak kecil. Novel ini cukup layak dibaca dan bisa menjadi bahan refleksi pribadi sebagai orang tua.
Hal Menarik dari Buku
1) Bagaimana anak-anak melihat, merasakan, menjadi korban dan merespon kekerasan yang dialami mereka yang dilakukan orang terdekat (dalam hal ini papa).
2) Rasa frustasi dan skeptis anak-anak karena menjadi korban kekerasan.
3) Bagaimana lingkungan sekitar merespon kekerasan ini.
4) Ada sedikit plot twist di akhir novel ini yang mungkin membuat kita tercengang “hah???”.
Catatan :
1) Mungkin ada hal membuat pembaca sedikit bosan (dan mungkin kurang menarik) karena cerita ini mengambil sudut pandang anak-anak, jadi cara berceritanya khas sekali anak-anak yang kadang absurd dan naif. Tapi justru itu yang membuat cerita di novel ini jadi lebih terasa riil.
2) Dalam catatan penulis di awal buku, novel ini merupakan cetakan kedua dan ada sedikit perbedaan di akhir cerita dibandingkan cetakan sebelumnya. Menurut saya akhir cerita novel di cetakan yang saya baca ini terasa kurang organik dengan keseluruhan bangunan cerita. Setelah pembaca diajak menyelami kekerasan dan keputusasaan dari sudut pandang anak-anak, resolusi yang terlalu rapi dan optimistis terasa seperti loncatan emosional yang tidak sepenuhnya dibangun sejak awal. Alih-alih memperkuat pesan “happy ending” ini justru sedikit mengurangi daya pukul cerita.
Siapa yang Cocok Membaca Buku Ini
Buku ini cocok untuk :
- Pembaca yang mencari bacaan ringan yang berlatar kekerasan dalam rumah tangga terutama kekerasan anak.
- Cocok untuk dibaca dan selesai dalam 1 atau 2 hari saja karena ceritanya cukup ringan.
Kurang Cocok :
- Pembaca yang mencari bacaan berat.
Refleksi Pribadi :
Anak-anak adalah anggota keluarga “terlemah” dalam keluarga. Tak jarang anak-anak menjadi korban dalam kekerasan rumah tangga karena ketidakmampuan mereka membela diri. Sebagai orang tua (dan juga Ayah/Papa) novel ini membuat saya merefleksi diri apakah saya sudah cukup baik menjadi Papa ?.
Rating :
7/10